Tulisan ini dibuat sudah beberapa hari sejak berita pengujian pesawat angkut sedang tipe C-295 dengan tail number EC-296 oleh TNI-AU dan PTDI didengungkan di berbagai media cetak dan elektronik. Bagi saya pribadi berita ini terasa bagaikan air mineral yang sungguh sejuk untuk kita nikmati ketika berbuka puasa. Setelah berbagai berita miring mengenai PTDI akhirnya muncul juga berita yang insya Allah akan membawa angin segar untuk kemajuan PTDI dan industri dirgantara Indonesia.
Pesawat dengan tail number EC-296 ini sejatinya bukanlah hasil produksi PTDI, pesawat ini berkunjung ke wilayah udara Indonesia demi membawa misi suci membuka kerjasama baru antara PTDI, TNI-AU, serta Airbus Military yang merupakan anak perusahaan EADS, dedengkot industri militer di wilayah Uni Eropa.
EC-296, pesawat yang kini ber-cat abu-abu khas TNI-AU dengan name marking "Ciudad de Sevilla" yang berarti "Kota Sevilla" dalam bahasa Indonesia ini kini memiliki tanda bendera merah putih di bagian bawah kokpitnya serta marking NC-295 di fuselage depannya. EC-296 merupakan prototype kedua pesawat tipe C-295 buatan CASA (sekarang bagian dari Airbus Military) dan terbang perdana pada tahun 1998. Sudah jelas bahwa EC-296 bukan pesawat yang baru kemarin sore keluar dari hanggar tempat ia dibuat.
Sejak awal dibuat pesawat ini telah mengalami berbagai macam misi promo ke berbagai bagian dan negara di dunia. Tidak seperti kakaknya EC-295 yang mengalami berbagai modifikasi untuk mencoba berbagai teknologi baru termasuk teknologi ASW (Anti Submarine Warfare) dan AEW (Airborne Early Warning), EC-296 dijaga untuk selalu berada pada model common military transport.
Secara teknis C-295 dibuat sebagai pengembangan dari CN-235 yang dibuat melalui joint development antara IPTN (sekarang PTDI) dan CASA (sekarang bagian dari Airbus Military) yang dimulai pada Januari 1980. Prototype pertama C-295 (EC-295) terbang perdana pada 28 November 1997 atau 14 tahun sejak penerbangan perdana CN-235. Kini 14 tahun telah berlalu sejak penerbangan perdana C-295, meskipun sedikit terlambat pemerintah Indonesia melalui PTDI beranjak untuk lebih maju dengan kerjasama lisensi produksi NC-295.
Secara garis besar terdapat 3 perbedaan utama antara CN-235 dan C-295 yaitu fuselage C-295 yang sekitar 3 meter lebih panjang, payload yang lebih banyak hingga mencapai 50%, serta mesin baru Pratt & Whitney PW127G. Ke depan, berbagai kelebihan ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi PTDI untuk menjual pesawat tersebut melalui model kerjasama lisensi dengan Airbus Military.
Kerjasama lisensi ini bukanlah kerjasama isapan jempol atau angan-angan saja, hal ini terbukti dengan ditandatanganinya MoU lisensi C-295 pada 26 Oktober 2011 yang disaksikan oleh Presiden Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono dimana final assembly-nya akan dikerjakan di PTDI untuk keperluan pengadaan pesawat angkut sedang baru bagi TNI-AU sebagai pengisi gap antara CN-235 dan C-130.
Line production baru di PTDI berarti sumber rezeki baru bagi karyawan dan industri dirgantara Indonesia. Hal ini diharapkan menjadi angin segar bagi bangkitnya kedigdayaan industri dirgantara Indonesia, khususnya PTDI.
Sudah bukan rahasia bahwa sejak tahun 2006 PTDI telah memulai riset pesawat angkut ringan mengacu pada spesifikasi FAR-23 yang diberi kode N-219. Mengacu pada keterangan Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Dita Ardonni Jafri beberapa waktu lalu terlihat bahwa saat ini PTDI benar-benar terpuruk secara finansial. Bukan juga menjadi rahasia bahwa PTDI memerlukan suntikan dana Rp. 300 miliar untuk meneruskan riset N-219 dan mewujudkannya menjadi prototype untuk terbang pada tahun 2014.
Dengan adanya lisensi produksi C-295 yang secara nasional disebut sebagai NC-295 ini diharapkan dapat diperoleh salah satu solusi untuk meringankan beban finansial PTDI selama ini. Apabila kerjasama lisensi ini benar-benar diiringi oleh pembelian NC-295 dalam jumlah besar oleh TNI-AU serta bantuan finansial dari pemerintah, kebangkitan industri dirgantara Indonesia merupakan hal yang sangat mungkin dan benar-benar di depan mata. Bravo PTDI, Bravo industri dirgantara Indonesia, Bravo Indonesia!!!
di Lanud Halim Perdana Kusuma (click to enlarge)
Pic 3. EC-296 parkir di apron Skadron Udara 2
Lanud Halim Perdana Kusuma (click to enlarge)
Pic 4. Tampak samping kanan fuselage EC-296 dimana ground crew
sedang memulai proses refuel (click to enlarge)
Pic 5. Cockpit of EC-296, full of digital monitoring system (click to enlarge)
Pic 6. Backside ramp door of EC-296 (click to enlarge)
Pic 7. EC-296 dalam kondisi persiapan take-off meninggalkan
Lanud Halim Perdana Kusuma (click to enlarge)
sumber gambar : http://www.kaskus.us
No comments:
Post a Comment