Saturday 5 November 2011

Antara Aku, Kambing, Sapi, dan Idul Adha


(click to enlarge)

Tulisan ini dibuat dengan diiringi alunan takbir yang berkumandang dengan indahnya di Musholla sebelah dan juga di laptop tercinta. Sudah dua kali lebaran kurban saya lalui di perantauan. Tahun kemarin dilalui dengan sholat Ied bersama kawan sekantor di pulau Batam, dan tahun ini entah bakal dilalui dengan siapa, namun lokasinya sudah jelas yaitu di wilayah Tanjung Karang, Bandar Lampung. Sayang sekali, hingga saat ini belum sekalipun sempat merayakan Idul Adha dengan istri tercinta dan si kecil.

Tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini malam takbiran dilalui dengan kontak senjata dengan keluarga yang berada sekitar 1000km dari tempat saya berada. Senjata yang saya maksud di sini adalah sepasang telepon selular merk Sony Ericsson yang entah bagaimana caranya sudah menjadi semacam communication mark di dalam keluarga saya. Bayangkan saja, saya, istri, orang tua, bahkan mertua pun memakai telepon selular dengan vendor yang sama, meskipun telepon selular sekunder pakai vendor lain. Selain itu juga masih ada modem yang setia me-relai jaringan internet untuk berkomunikasi dengan istri di Jawa. Bukan bermaksud promosi lho ya.

Back to topic; Penentuan Idul Adha 1432H di Indonesia kali ini berbeda dengan Idul Fitri 1432H beberapa waktu yang lalu dimana kesucian hari raya diwarnai fenomena perbedaan pendapat mengenai hari-H 1 Syawal. Alhamdulillah, tahun ini mayoritas umat Islam di Indonesia akan merayakan hari raya Idul Adha 1432H insya Allah pada tanggal 10 Dzulhijjah yang jatuh pada tanggal 6 November 2011.

All hands, kita semua tau dan paham bahwa Idul Adha merupakan hari raya yang diperingati tiap tahun untuk mengingatkan kita sebagai umat Islam mengenai kisah pengorbanan Nabi Ismail AS yang hendak dikurbankan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS demi menjalankan mandat langsung dari Allah SWT. Sudah menjadi kodrat aslinya bahwa pengorbanan merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan dengan niat yang kuat serta tindakan yang ikhlas dan tegas.

Nah, di malam takbiran yg Alhamdulillah cukup ramai dan khidmat ini pikiran kita pasti tidak bakal jauh-jauh dari kambing, sapi, dan rekan-rekannya yang insya Allah bakal dikurbankan esok hari. Subhanallah, sungguh indah ketika kita melihat bagaimana umat ini saling berbagi dan membantu rekan-rekannya yang membutuhkan.

Tapi sayang, tidak sedikit pula umat yang justru menempatkan momen lebaran kurban ini sebagai ajang "cari makan gratis dan cari nama murah" tanpa mau menyelami esensi sesungguhnya dari peringatan Idul Adha. Tidak sedikit momen pembagian daging kurban yang justru berubah menjadi ajang pencabutan nyawa massal. Di dalam memori ini masih teringat bagaimana rekan-rekan calon penerima kurban berebut dan terinjak-injak hingga ajal menjemput. Begitu pula dengan rekan-rekan yang justru mengumandangkan amal kurbannya untuk menarik simpati masyarakat.

Pic 1. Antara makan-makan, kambing, sapi, dan Idul Adha (click to enlarge)

Kurban yang secara hakikatnya adalah mewujudkan syukur kita kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan kurban secara simbolis dan membagikannya pada umat fakir, miskin, dan yang membutuhkan hendaknya menjadi sarana bagi kita untuk mempersatukan umat, bukan justru untuk menimbulkan masalah.

Pernah terpikir di dalam otak ini setelah membaca artikel beberapa waktu lalu mengenai "lebaran kurban modern," bagaimana apabila esensi kurban ini dijalankan dengan metode yang lain? Di Indonesia ini lebaran kurban sangat identik dengan pesta daging kambing dan sapi, ujung-ujungnya malah jadi pemborosan dan tidak jarang salah sasaran. Sering kali daging kurban dibagikan di rumah orang-orang yang secara finansial mampu dan berkecukupan. Saya bisa berbicara seperti ini karena dulu jaman SMA pernah menjadi saksi momen seperti ini.

Bagaimana jika kurban dilaksanakan sejak setahun sebelumnya? Sebagai analogi, pada tahun ini kita berikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan untuk menjadi modal wirausaha, senilai dengan harga hewan yang dikurbankan, lebih juga boleh. Dengan begini diharapkan pada tahun selanjutnya orang yang telah kita beri pinjaman modal wirausaha mampu mandiri dan lebih-lebih mampu memberikan bantuan modal kurban pada orang lain yang juga membutuhkan.

Dengan begini siklus kurban akan menjadi kontinyu dan mampu menaikkan harkat serta martabat umat yang terbantu dengan kurban kita. Apabila Allah belum mengizinkan tujuan tersebut untuk dapat tercapai secara maksimal, setidaknya dengan begitu esensi kurban untuk mengorbankan hawa nafsu kita ketika hidup di dunia melalui jalan yang diridhai oleh Allah SWT dapat terwujud.

Perlu diingat bahwa berkurban tidak harus dengan kambing, sapi, uang, atau harta benda lainnya. Musuh terbesar kita sebagai khalifah di dunia yang fana ini adalah nafsu kita sendiri, tidak sedikit pun keraguan mengenainya.

Apabila kita belum mampu mengorbankan salah satu dari yang disyariatkan secara langsung yaitu hewan ternak dan harta benda, hendaknya-lah kita berusaha keras untuk mampu mengorbankan semua hawa nafsu dan membunuhnya demi menjalankan perintah Allah SWT serta menjauhi segala larangan-Nya. Subhanallah, apabila kita mampu menjalankannya insya Allah dunia ini akan jauh lebih tenang dan bersih dari berbagai macam perilaku yang menodai esensi hidup, khususnya dalam memaknai hari raya Idul Adha.

At the end, semoga pada momen Idul Adha 1432H kali ini kita mampu berusaha lebih keras untuk memaknai pengorbanan dan mewujudkan berkurban yang sesungguhnya. Semoga amal ibadah dan kurban kita diterima oleh Allah SWT, semoga ridho Allah SWT selalu menyertai kita dan seluruh umat di dunia ini, Amin ya Rabb. (ep87)

9 comments:

kinanthi said...

Idenya really fresh, sejak beberapa tahun lalu aku juga mikirnya hakekat berkurban apa tidak bisa di manifestasikan dalam bidang yang lebih comprehensive sifatnya karena jika memotong hewan kurban kan sifatnya momentum (sesaat). Berdasar pemikiran tersebut aku memberanikan diri untuk "mengalihkan" alokasi dana kurban.Selamat merayakan Idhul Adha, semoga kita bisa menerjemahkan esensi berkurban dengan lebih baik

Eko Prast. said...

awesome, ternyata udah ada yg duluan, saya telat dah, Selamat merayakan & menyelami Idul Adha y.......

Una said...

Woohoo~ nice post mas.
Kurban sebenernya ga perlu kurban hewan, kasian jugaaa pada dibunuhin T___T

Btw makasih sudah mampirke blogku :)

kazvampires said...

yap,bener banget mas,alangkahb baiknya kita bisa mengorbankan nafsu :)

salamkenal.terimakasih sudah singgah di blog saya

Eko Prast. said...

@Una, sama2, btw kalo ndak dibunuhin gimana makan daging-e, km vegetarian?:D

@kaz, salam kenal jg, tenkyu udah mau mampir jg, slm silaturahmi.......:D

Myzet said...

Makasi banyak kunjunganx mas..
:)
Visit www.myzet.tk

Riu is me said...

Salam kenal ya....


riuisme.blogspot.com

Eko Prast. said...

sama2 mas bro, semoga bermanfaat.......:)

kripikbuah said...

semua berawal dari mimpi semoga sukses