Sunday 18 September 2011

Terbang dan Peduli Dengan Emergency Exit


Kompasiana merupakan wahana microblogging yang tak henti-hentinya menjadi tempat bagi saya untuk menemukan dan meng-explore berbagai tulisan bermutu dan menarik. Hari ini sebuah tulisan yang berjudul "18 Calon Pahlawan di Penerbangan Lion Semalam" sedikit mengusik hati saya untuk berbagi dan sedikit menulis review.

Emergency exit doors merupakan salah satu bagian paling krusial dalam proses penyelamatan penumpang ketika terjadi masalah pendaratan pada suatu pesawat terbang. Namun saya yakin, tidak cukup banyak orang yang cukup memperhatikan dan peduli dengan peran yang harus diembannya ketika ia mendapatkan posisi tempat duduk di emergency exit rows.

Saya pribadi sangat menyukai posisi emergency exit rows, apalagi pada seat A atau F yang paling dekat window. Terlepas dari fasilitas ruang yang lebih lapang dan lebih lega untuk mengambil foto kondisi di luar pesawat, emergency exit rows secara moral juga membuat saya untuk selalu ingat bahwa perjalanan udara merupakan moda transportasi dengan resiko error yang cukup frightening.

Sedikit merevisi tulisan kang Eddy Roesdiono di kompasiana, Boeing B737-900ER memiliki total 10 emergency exit doors dan 6 di antaranya memang berada di bagian tengah pesawat, hanya saja pada row 31 terdapat 4 seat yang ditambah peran dari 2 penumpang row 32 sehingga terdapat total 18 penumpang yang bertanggung jawab atas penggunaan 6 emergency exit doors tersebut. Selain itu seat pada Boeing B737-900ER Lion Air juga hanya memiliki 2 macam konfigurasi yaitu 213 penumpang all economy class atau 195 economy ditambah 10 business class. Apabila ditambah dengan kru pesawat, maka angka tersebut ditambah 2 orang kru kokpit dan 6 orang kru kabin.

Pic 1. Space kosong di sebelah kiri seat 31A tepat di depan seat 32A; Foto saya ambil di dalam kabin PK-LGW pada penerbangan rute BTH-SUB sekitar awal 2011 (click to enlarge)

Semakin besar ukuran suatu pesawat komersial maka semakin banyak emergency exit doors yang harus dia miliki, hal ini sesuai dengan aturan standar FAA yang di Indonesia diadopsi oleh DGCA. Standar yang berlaku adalah berapapun jumlah dan bagaimanapun desain emergency exit doors, poin utama yang harus mampu diperoleh adalah dapat mengeluarkan seluruh penumpang, kru kokpit, serta kru kabin dalam waktu paling lama 90 detik bahkan dengan kondisi separuh jumlah pintu mengalami blokade sekalipun.

Pic 2. Tampak 3 emergency exit doors dan 2 emergency exit windows pada sisi kanan kabin Boeing B737-900ER PK-LGM; Jumlah yang sama juga terdapat pada sisi kiri pesawat (click to enlarge)

Tuesday 13 September 2011

Renungan Tentang AYAH . . .


Ketika Beliau Tua...
Ketika beliau tua, bukanlah lagi beliau yang dulu,
Maklumilah beliau, bersabarlah dalam menghadapinya.


Ketika beliau menumpahkan kuah sayuran di bajunya,
ketika beliau tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu,
Ingatlah saat-saat bagaimana beliau mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.


Ketika beliau dengan pikunnya mengulang terus-menerus ucapan yang membosankanmu,
bersabarlah mendengar beliau, jangan memotong ucapan beliau,
Di masa kecilmu, beliau harus mengulang dan mengulang terus sebuah
cerita yang telah beliau ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi


Ketika beliau membutuhkanmu untuk memandikannya,
janganlah menyalahkannya.
Ingatkah dimasa kecilmu,
bagaimana beliau dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?


Ketika beliau kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
janganlah menertawainya.
Renungkanlah bagaimana beliau dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa"
yang engkau ajukan disaat itu.


Ketika kedua kakinya terlalu lemah untuk berjalan,
ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahnya,
Bagaikan dimasa kecilmu beliau menuntunmu dan melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.


Ketika beliau melupakan topik pembicaraan kita,
berikanlah sedikit waktu pada beliau untuk mengingatnya.
Sebenarnya topik pembicaraan bukanlah hal yang penting baginya,
asalkan engkau berada disisinya untuk mendengarkannya, beliau telah bahagia.


Ketika engkau melihat dirinya menua, janganlah bersedih;
Maklumilah dirinya, dukunglah beliau, bagaikan beliau terhadapmu
ketika engkau mulai belajar tentang kehidupan


Dulu beliau menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini,
kini temanilah beliau hingga akhir jaman hidupnya.
Berilah beliau cinta kasih dan kesabaranmu,
beliau akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Di dalam senyumnya itu, tertanam kasih yang tak terhingga padamu.


sumber : www.kaskus.us (dengan berbagai perubahan di sana sini)


Semoga tulisan ini dapat memotivasi pembaca untuk lebih menghargai dan menyayangi orang tua, khususnya "Ayah". Bersyukurlah dan jangan sia-siakan waktu-mu selagi mereka masih hidup dan ada di dekatmu. Janganlah pernah lupa untuk mendo'akan mereka di sela sholat-mu dan di sela-sela waktu luangmu. Semoga kita menjadi orang-orang yang mampu memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuanya.

Karakter Ayah Ideal [Ayah Juara]


Satu lagi artikel inspiratif dari Kompasiana, saya yakin dapat menginspirasi setiap pria yang sudah mulai merencanakan atau mungkin sedang menjalankan proses hidupnya sebagai seorang ayah dan  sekaligus kepala keluarga yang tentunya membaca dan meresapi artikel ini.

"Keluarga juara" lahir dari dukungan "ayah juara" yang senantiasa didukung oleh ibu dan putra-putri yang saling sayang dan mendukung satu dengan lainnya

Menjadi suami belum tentu menjadikan seorang pria menjadi ayah, dan menjadi seorang ayah belum tentu menjadikan seorang pria menjadi panutan yang dapat menjadikan keluarganya menjadi sakinah, mawaddah, warahmah serta kelak meraih surga. Karena itulah tiap pria perlu dan harus senantiasa belajar dan mengintrospeksi diri demi memberikan yang terbaik untuk keluarga yang dipimpinnya, mari kita bekerja keras menjadi pria-pria yang mampu mewujudkannya dan menjadi "ayah juara" untuk keluarga dan dunia di sekitar kita.

Quoted article :

Sudahkan Anda Menjadi Ayah?
Jika anda seorang lelaki, kemudian menikah dan memiliki anak, sejak saat itu anda adalah seorang ayah. Anda akan disebut Bapak, Ayah, Daddy, Papa, Papi, Abi, Abah atau sebutan  lain semacam itu oleh anak anda. Status anda secara resmi dan formal adalah seorang suami dan sekaligus seorang ayah. Namun pertanyaannya adalah, apakah anda sudah “menjadi” ayah?

“Menjadi” adalah sebuah proses, namun juga hasil. Proses menjadi ayah, dan hasil akhirnya : anda menjadi ayah. Saat berbicara proses, untuk menjadi ayah tentu saja memerlukan  sejumlah langkah dan usaha nyata. Langkah yang dimaksud bukan hanya menikah dan memiliki anak, namun lebih penting lagi adalah proses untuk memenuhi karakteristik sebagai ayah.  Banyak kalangan masyarakat kurang memiliki kesadaran untuk berusaha memiliki karakter sebagai ayah. Mereka menjadi ayah semata-mata karena proses biologis, bahwa kenyataannya  mereka telah memiliki anak.

Menjadi ayah semestinya diawali dengan menyiapkan diri untuk memiliki karakter seorang ayah ideal, atau dalam istilah lain adalah “ayah juara”. Paling tidak ada tujuh karakteristik yang diperlukan untuk menjadi ayah ideal, yaitu kepemimpinan, keteladanan, kehangatan, optimisme, kecerdasan, kekuatan dan kelembutan.

Tuesday 6 September 2011

Garuda Indonesia GA-303, It Was An Awesome Flight


Flight Garuda Indonesia GA-303 yang melayani rute Surabaya (SUB) - Jakarta (CGK) pada tanggal 2 September 2011 telah mengukirkan sebuah pengalaman yang luar biasa berharga bagi saya. Pada kesempatan itulah untuk kali pertama saya bersama istri tercinta dan si kecil di dalam kandungan bundanya melakukan perjalanan udara, khususnya dengan Garuda Indonesia. Sebelumnya belum pernah kami berada pada satu flight yang sama, pada flight kali ini pula istri tercinta dan si kecil pertama kali melakukan perjalanan udara.

Kami berangkat dari Leces - Probolinggo sekitar pukul 00.30 WIB dan Alhamdulillah 3,5 jam kemudian kami telah tiba di lobi departure terminal internasional Juanda International Airport. Tanpa pikir panjang kami pun langsung check-in, kebetulan pukul 04.00 WIB pintu masuk lobi check-in sudah dibuka. Tak lama kami menunggu di dalam dan proses check-in pun selesai 10 menit kemudian. Hari ini kami mengejar pesawat pertama yang berangkat pukul 06.00 WIB, itulah mengapa pagi buta begini kami sudah harus ada di Juanda International Airport.

Check-in process has done dan ticket untuk boarding pun sudah di tangan, langsung lah kami menuju Mushalla untuk menunaikan shalat Shubuh. Nantinya kami berangkat melalui Gate 8 yang memang sudah menjadi Gate langganan Garuda Indonesia di Juanda International Airport, karena itulah kami menunaikan shalat di Mushalla yang lokasinya paling dekat dengan Gate 8. Salah satu lokasi yang paling saya sukai di tiap bandara ada adanya Mushalla yang bersih dan terawat, Alhamdulillah di Juanda International Airport ini pihak PT. Angkasa Pura I (Persero) merawat tempat ibadah ini dengan baik.

Pic 1. Modal terbang bersama flight GA-303, 2 tiket economy class Garuda Indonesia yang dipesan sekitar sebulan sebelum keberangkatan (click to enlarge)

Monday 5 September 2011

Catatan dari Tragedi Car Accident Saipul Jamil


Tulisan utama di bawah ini disadur dari media microblogging kompasiana dan merupakan hasil karya kang Karman Mustamin, seorang pemerhati di bidang otomotif yang juga merupakan founder Smart Driving Institute (SDI).

Postingan ini bertujuan untuk mengingatkan kita semua untuk mengenal lebih dekat serta memahami peralatan transportasi yang kita miliki. Pemahaman akan spesifikasi serta karakter perlatan yang kita miliki akan membawa kita pada penggunaan peralatan yang optimal serta aman, begitu juga pada peralatan transportasi, baik itu motor, mobil, atau moda yang lainnya.

Mengutip ungkapan kang  Karman MustaminBe smart before you drive, lebih baik mencegah daripada kita menyesal di kemudian hari karena kemalasan kita untuk belajar dan bertindak preventif, wish us all a safe trip.

Pic 1. Mobil Toyota Avanza tipe G milik Saipul Jamil setelah mengalami kecelakaan

Mudik lebaran, harus diakui menjadi fenomena tersendiri bagi Indonesia. Hampir dipastikan, tradisi mudik lebaran ini tak akan ditemui di negara lain di dunia. Namun seiring berlangsungnya tradisi ini dari tahun ke tahun, terselip pula tragedi yang sesungguhnya sangat tragis. Arus mudik, ternyata membawa dampak berupa jatuhnya korban tewas yang sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut data sementara dari Posko Angkutan Lebaran Terpadu Kementerian Perhubungan hingga H+1 yang dirilis 1 September 2011, tercatat terjadi 2.773 kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran. Sejumlah kecelakaan lalu lintas ini mengakibatkan 433 orang korban meninggal dunia dan 729 orang luka berat. Ini berarti pula, dari tahun ke tahun jumlah korban yang bergelimpangan di jalan terus meningkat dan nyaris tak mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kecuali, sekadar menjadi konsumsi berita media massa.