Dua Siswi SMAN 1 Sidoarjo Menang di Indonesian Science Project Olympiad 2009
Selai Buah Mangrove yang Bawa Mereka ke Turki
Dua siswi SMAN I Sidoarjo mampu ''menyulap'' buah tanaman mangrove menjadi selai roti yang enak sekaligus mengandung anti-bakteri. Berkat prestasinya itu, mereka dinobatkan sebagai pemenang bidang biologi Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2009 dan berhak mewakili Indonesia dalam even internasional di Turki, Mei mendatang.
---
Dua siswi berprestasi itu adalah Nofi Nurina Ramadhani,18, dan Karlinda Sari, 19. Mereka mengikuti ajang ISPO di Jakarta, 13 Maret lalu. Olimpiade yang diselenggarakan Depdiknas Pusat itu diikuti 150 tim dari berbagai penjuru tanah air. Menurut Nofi, sukses meraih medali emas itu di luar dugaan sama sekali.
''Soalnya, karya peserta lain bagus-bagus. Tapi, entahlah, juri memilih karya kami sebagai pemenang,'' ujarnya.
Karya Nofi dan Karlinda semula tidak dimaksudkan untuk lomba. Karya penelitian mereka yang berjudul Magic Alba Jam sebenarnya merupakan karya penelitian reguler yang wajib dikerjakan siswa. Penelitian itu boleh dikerjakan sendiri atau berdua. Nofi dan Karlinda memutuskan untuk mengerjakan bersama.
Setelah melakukan studi referensi, kedua siswi kelas XII IPA itu lalu sepakat untuk menggarap buah mangrove sebagai objek penelitian. Hanya saja, tidak semua buah mangrove bisa diolah menjadi selai. Dalam penelitian ini mereka menggunakan buah mangrove jenis sonneratia albabogem (bentuk dan warnanya mirip mangga, hanya ukurannya lebih kecil, Red).
''Kami sempat mencoba membuat selai dengan bermacam buah mangrove, tapi hasilnya tidak sebagus yang dihasilkan buah bogem,'' kata Linda, panggilan Karlinda.
Begitu selesai menyiapkan segala pirantinya, Nofi dan Linda kemudian tenggelam dalam penelitian selama dua minggu. Untuk mendapatkan buah bogem yang besar dan matang, mereka pun harus menyisiri tepi pantai di Desa Kedungpeluk, Kecamatan Candi, Sidoarjo.
''Di sana kami bisa menemukan banyak buah bogem yang sudah jatuh,'' ujarnya.
Bahkan, untuk mendapatkan sample buah bogem yang berkualitas, mereka tak segan menyeberang ke pulau-pulau kecil menggunakan perahu nelayan. ''Sempat takut juga sih, tapi jadi berani karena harus mencari sample yang sempurna,'' ucap siswi yang bercita-cita menjadi jaksa tersebut.
Literatur penelitian juga tidak sukar mereka dapatkan. Mereka bisa mencarinya melalui internet atau di perpustakaan sekolah. Mereka juga memanfaatkan laboratorium di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo. ''Kami tak banyak mendapat kesulitan karena mangrove banyak tumbuh di Indonesia,'' katanya.
Selama dua minggu penelitian, hampir tiap hari mereka datang ke pesisir pantai Desa Kedungpeluk. Biasanya sepulang sekolah. ''Kami berupaya supaya penelitian itu tidak mengganggu jam pelajaran di sekolah,'' ujarnya.
Selebihnya, kedua siswi itu menghabiskan waktu penelitian di laboratorium milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo. ''Kami meminjam peralatan di sana untuk peraga,'' tambah Nofi.
Menurut Nofi, sebenarnya penelitian tersebut cukup sederhana. Mereka hanya menggunakan cawan petri, agar-agar, dan biakan bakteri yang mereka beli dari ITS. Kedua peneliti muda itu sempat beberapa kali mencoba berbagai bakteri untuk dicampurkan dalam selai. Misalnya, menggunakan bakteri dari dalam mulut streptococcus untuk dikembangkan dalam ekstrak selai. ''Tapi hasilnya jelek. Kami menilai percobaan itu tidak berhasil,'' ujar siswi berjilbab itu.
Akhirnya, mereka menemukan statiluscocus aureus untuk dikembangkan. Percobaannya sampai tiga kali pengulangan. Setiap kali percobaan, mereka menggunakan ekstrak selai seberat 0 persen, 5 persen, 10 persen, dan 20 persen. Ekstrak selai itu lalu mereka diamkan dalam incubator sehari semalam. Hasilnya, pada kadar ekstrak 20 persen menunjukkan tingkat keberhasilan paling tinggi. ''Diameter zona terangnya mencapai 0,5 centimeter. Kami menilai, uji coba ini sukses,'' ucap siswi yang bercita-cita menjadi dokter itu.
Dari hasil tersebut, buah bogem yang berdiameter sekitar lima centimeter bisa disajikan dalam bentuk selai. Tidak sekadar selai, tapi juga makanan yang mengandung anti-bakteri kulit. ''Jadi, selai ini bisa dimakan sekaligus bisa dipakai untuk membunuh bakteri kulit,'' jelas Nofi.
Selai buah bogem itu berwarna kuning kecoklatan. Rasanya tidak jauh berbeda dengan selai nanas, namun lebih manis. ''Ada butir-butiran halus yang dihasilkan buah mangrove itu,'' kata Nofi.
Selai buah bogem tersebut kemudian dikemas dalam botol khusus dengan ukuran seperempat gelas mineral. Pada lomba ISPO 2009 di Balai Kartini Jakarta, 13 Maret lalu, Nofi dan Linda juga menyediakan tester selai yang telah dioleskan pada roti. ''Satu roti kami potong kecil-kecil agar bisa dicicipi banyak orang,'' lanjutnya.
Selain menyajikannya dalam bentuk original, Linda dan Nofi juga membuat roti bakar berselai bogem untuk tim juri dan peserta lomba. Agar menarik, mereka menyertakan pula alat panggang dan satu keranjang buah bogem sebagai pajangan. Hasilnya, buah bogem satu keranjang itu langsung ludes diminta pengunjung.
''Kami sampai kewalahan membuatkan roti berselai bogem. Tapi, anak-anak puas,'' ujar Musriati, pembimbing Linda dan Nofi.
Pada Mei mendatang, keduanya akan berangkat ke Turki untuk berjuang dalam olimpiade tingkat internasional. Keduanya mewakili Indonesia di even yang akan diikuti peserta dari berbagai negara itu. ''Kami juga akan membawa karya penelitian ini,'' ujar Linda.
Untuk sementara waktu, keduanya masih ngebut belajar untuk menghadapi ujian nasional (unas) bulan depan. ''Kami konsentrasi unas dulu agar bisa fokus,'' ujarnya.
Kedua siswi tersebut bercita-cita melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Linda berkeinginan mengambil Fakultas Hukum, sedangkan Nofi ke Fakultas Kedokteran. ''Kalau tidak bisa ke UI, ya Unair juga oke,'' terangnya.
sumber : Jawapos [22-03-2009]
Dan adek kelasku bisa juga bikin prestasi mantab dgn krya yg berbau ilmiah, setelah selama beberapa tahun terkhir didominasi dgn karya2 seni & olahraga. Tidak sedikit alumni yg "sedkit kecewa" dgn prestasi SMAN1Sda yg akhir2 ini banyak orang bilang menurun, bahkan banyak yg bilang menurun jauh, terutama d bidang akademis, lebih lagi ditinjau dari jumlah lulusan yg berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Tapi semoga dgn karya ini, karya2 ilmiah, dan prestasi akademis lain akan segera mengembalikan kebanggan alumni2 SMAN1Sda akan almamaternya yg dulu. Fasilitas yg dimiliki SMAN1Sda memang bisa dibilang lengkap, kurikulum yg bagus, tapi tanpa disertai bimbingan dan dukungan dari guru2 dan phak terkait d sekolah, prestasi n semangat berjuang yg tnggi dari siswa disana akan sulit tercapai. Semoga semakin kedepan SMAN1Sda semakin maju, bisa menelurkan karya lain n siswa-siswi lain yg jauh lebih berprestasi, Amin . . .
Teruslah brkarya, banggakan almamatermu, jadilah generasi yang membanggakan bangsamu dan bermanfaat utk umat . . .
Selai Buah Mangrove yang Bawa Mereka ke Turki
Dua siswi SMAN I Sidoarjo mampu ''menyulap'' buah tanaman mangrove menjadi selai roti yang enak sekaligus mengandung anti-bakteri. Berkat prestasinya itu, mereka dinobatkan sebagai pemenang bidang biologi Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2009 dan berhak mewakili Indonesia dalam even internasional di Turki, Mei mendatang.
---
Dua siswi berprestasi itu adalah Nofi Nurina Ramadhani,18, dan Karlinda Sari, 19. Mereka mengikuti ajang ISPO di Jakarta, 13 Maret lalu. Olimpiade yang diselenggarakan Depdiknas Pusat itu diikuti 150 tim dari berbagai penjuru tanah air. Menurut Nofi, sukses meraih medali emas itu di luar dugaan sama sekali.
''Soalnya, karya peserta lain bagus-bagus. Tapi, entahlah, juri memilih karya kami sebagai pemenang,'' ujarnya.
Karya Nofi dan Karlinda semula tidak dimaksudkan untuk lomba. Karya penelitian mereka yang berjudul Magic Alba Jam sebenarnya merupakan karya penelitian reguler yang wajib dikerjakan siswa. Penelitian itu boleh dikerjakan sendiri atau berdua. Nofi dan Karlinda memutuskan untuk mengerjakan bersama.
Setelah melakukan studi referensi, kedua siswi kelas XII IPA itu lalu sepakat untuk menggarap buah mangrove sebagai objek penelitian. Hanya saja, tidak semua buah mangrove bisa diolah menjadi selai. Dalam penelitian ini mereka menggunakan buah mangrove jenis sonneratia albabogem (bentuk dan warnanya mirip mangga, hanya ukurannya lebih kecil, Red).
''Kami sempat mencoba membuat selai dengan bermacam buah mangrove, tapi hasilnya tidak sebagus yang dihasilkan buah bogem,'' kata Linda, panggilan Karlinda.
Begitu selesai menyiapkan segala pirantinya, Nofi dan Linda kemudian tenggelam dalam penelitian selama dua minggu. Untuk mendapatkan buah bogem yang besar dan matang, mereka pun harus menyisiri tepi pantai di Desa Kedungpeluk, Kecamatan Candi, Sidoarjo.
''Di sana kami bisa menemukan banyak buah bogem yang sudah jatuh,'' ujarnya.
Bahkan, untuk mendapatkan sample buah bogem yang berkualitas, mereka tak segan menyeberang ke pulau-pulau kecil menggunakan perahu nelayan. ''Sempat takut juga sih, tapi jadi berani karena harus mencari sample yang sempurna,'' ucap siswi yang bercita-cita menjadi jaksa tersebut.
Literatur penelitian juga tidak sukar mereka dapatkan. Mereka bisa mencarinya melalui internet atau di perpustakaan sekolah. Mereka juga memanfaatkan laboratorium di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo. ''Kami tak banyak mendapat kesulitan karena mangrove banyak tumbuh di Indonesia,'' katanya.
Selama dua minggu penelitian, hampir tiap hari mereka datang ke pesisir pantai Desa Kedungpeluk. Biasanya sepulang sekolah. ''Kami berupaya supaya penelitian itu tidak mengganggu jam pelajaran di sekolah,'' ujarnya.
Selebihnya, kedua siswi itu menghabiskan waktu penelitian di laboratorium milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo. ''Kami meminjam peralatan di sana untuk peraga,'' tambah Nofi.
Menurut Nofi, sebenarnya penelitian tersebut cukup sederhana. Mereka hanya menggunakan cawan petri, agar-agar, dan biakan bakteri yang mereka beli dari ITS. Kedua peneliti muda itu sempat beberapa kali mencoba berbagai bakteri untuk dicampurkan dalam selai. Misalnya, menggunakan bakteri dari dalam mulut streptococcus untuk dikembangkan dalam ekstrak selai. ''Tapi hasilnya jelek. Kami menilai percobaan itu tidak berhasil,'' ujar siswi berjilbab itu.
Akhirnya, mereka menemukan statiluscocus aureus untuk dikembangkan. Percobaannya sampai tiga kali pengulangan. Setiap kali percobaan, mereka menggunakan ekstrak selai seberat 0 persen, 5 persen, 10 persen, dan 20 persen. Ekstrak selai itu lalu mereka diamkan dalam incubator sehari semalam. Hasilnya, pada kadar ekstrak 20 persen menunjukkan tingkat keberhasilan paling tinggi. ''Diameter zona terangnya mencapai 0,5 centimeter. Kami menilai, uji coba ini sukses,'' ucap siswi yang bercita-cita menjadi dokter itu.
Dari hasil tersebut, buah bogem yang berdiameter sekitar lima centimeter bisa disajikan dalam bentuk selai. Tidak sekadar selai, tapi juga makanan yang mengandung anti-bakteri kulit. ''Jadi, selai ini bisa dimakan sekaligus bisa dipakai untuk membunuh bakteri kulit,'' jelas Nofi.
Selai buah bogem itu berwarna kuning kecoklatan. Rasanya tidak jauh berbeda dengan selai nanas, namun lebih manis. ''Ada butir-butiran halus yang dihasilkan buah mangrove itu,'' kata Nofi.
Selai buah bogem tersebut kemudian dikemas dalam botol khusus dengan ukuran seperempat gelas mineral. Pada lomba ISPO 2009 di Balai Kartini Jakarta, 13 Maret lalu, Nofi dan Linda juga menyediakan tester selai yang telah dioleskan pada roti. ''Satu roti kami potong kecil-kecil agar bisa dicicipi banyak orang,'' lanjutnya.
Selain menyajikannya dalam bentuk original, Linda dan Nofi juga membuat roti bakar berselai bogem untuk tim juri dan peserta lomba. Agar menarik, mereka menyertakan pula alat panggang dan satu keranjang buah bogem sebagai pajangan. Hasilnya, buah bogem satu keranjang itu langsung ludes diminta pengunjung.
''Kami sampai kewalahan membuatkan roti berselai bogem. Tapi, anak-anak puas,'' ujar Musriati, pembimbing Linda dan Nofi.
Pada Mei mendatang, keduanya akan berangkat ke Turki untuk berjuang dalam olimpiade tingkat internasional. Keduanya mewakili Indonesia di even yang akan diikuti peserta dari berbagai negara itu. ''Kami juga akan membawa karya penelitian ini,'' ujar Linda.
Untuk sementara waktu, keduanya masih ngebut belajar untuk menghadapi ujian nasional (unas) bulan depan. ''Kami konsentrasi unas dulu agar bisa fokus,'' ujarnya.
Kedua siswi tersebut bercita-cita melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Linda berkeinginan mengambil Fakultas Hukum, sedangkan Nofi ke Fakultas Kedokteran. ''Kalau tidak bisa ke UI, ya Unair juga oke,'' terangnya.
sumber : Jawapos [22-03-2009]
Dan adek kelasku bisa juga bikin prestasi mantab dgn krya yg berbau ilmiah, setelah selama beberapa tahun terkhir didominasi dgn karya2 seni & olahraga. Tidak sedikit alumni yg "sedkit kecewa" dgn prestasi SMAN1Sda yg akhir2 ini banyak orang bilang menurun, bahkan banyak yg bilang menurun jauh, terutama d bidang akademis, lebih lagi ditinjau dari jumlah lulusan yg berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Tapi semoga dgn karya ini, karya2 ilmiah, dan prestasi akademis lain akan segera mengembalikan kebanggan alumni2 SMAN1Sda akan almamaternya yg dulu. Fasilitas yg dimiliki SMAN1Sda memang bisa dibilang lengkap, kurikulum yg bagus, tapi tanpa disertai bimbingan dan dukungan dari guru2 dan phak terkait d sekolah, prestasi n semangat berjuang yg tnggi dari siswa disana akan sulit tercapai. Semoga semakin kedepan SMAN1Sda semakin maju, bisa menelurkan karya lain n siswa-siswi lain yg jauh lebih berprestasi, Amin . . .
Teruslah brkarya, banggakan almamatermu, jadilah generasi yang membanggakan bangsamu dan bermanfaat utk umat . . .
1 comment:
ini almamater Smanisda juga kah??
mohon maaf. Itu seharusnya bakteri 'Staphylococcus aureus' bukan Statiluskokus.
Magic Alba Jam juga bukan judul penelitiannya, itu hanya label pada produknya.
Judul penelitiannya itu Selai Mangrove Sonneratia Alba sebagai Antibakteri Staphylococcus Aureus.
Smoga nantinya di tahun2 kedepan banyak adik2 yang melanjutkan perjuangan ini. Amin. Tks -Rin K
Post a Comment